Senin, 07 Oktober 2013

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (PJB)


Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
(IPD FKUI,1996 ;1134)

Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)

  1. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
  1.  
    1. Faktor Prenatal :
  • Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
  • Ibu alkoholisme.
  • Umur ibu lebih dari 40 tahun.
  • Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
  • Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109) 

Rabu, 02 Oktober 2013

CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)



A.    PENGERTIAN
            Kelainan primer pada gagal jantung adalah berkurang atau hilangnya sebagian fungsi miokardium yang menyebabkan penurunan curah jantung. Ada beberapa defisini gagal jantung , namun tidak ada satupun yang benar-benar dapat memuaskan semua pakar atau klinisi yang menangani masalah gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bag
i kebutuhan tubuh, meskioun tekanan pengisian vena normal. Namun, definisi-definis lain menyatakan bahwa gagal jantung bukan lah suatu penyakit yang terbatas pada satu sistem organ, melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang ditandai dengan suatu bentuk respons hermodinamik, renal, neuron dan hormonal, serat suatau keadaan patologis dimana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untukl memeuhi kebutuhan jaringan, ataua hanya dapat memenuhinya dengan meningkatan tekanana pengisian. saat ini dikenal istilah gagal jantung , yaitu
·         Gagal jantung kiri : terdapat berndungan pru, hipotensi, dan fasokontriksi perifer dengan penurunan perfusi jaringan.
·         Gagal jantung kanan : ditandai dengan adanya edema perifer asites, dan peningkatan vena jugularis
·         Gagal jantung kongesif : adalah gabungan kedua gambaran tersebut
                                    Namun, definisi-definisi tersebut tidak terlalu bermanfaat karena baik kelainan fungsi jantung kiri maupun kanan sering terdapat bersamaan ( walaupun kelainan pada satu sisi mungkin lebih dominan dari pada sisi lainnya). Istilah gagala jantung kemuka atau forward (untuk menunjukkan hipotensi dan penurunan perfusi perifer) atau kebelakang backward (untuk menunjukkan tanda-tanda edema paru dan atau perifer) juga tidak bermanfaat karena menggambarkan pengertian syndrom gagal jantung yang terlalu sederhana.
  1. ETIOLOGI
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung congenital maupun yang didapat. mekanisme fisioloigis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium.
                                   Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meluputi: regurgitasi aorta, cacac septum ventrikel, dan beban akhir bmeningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik . kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan kardiummioparti. selain dari ketiga mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung ada factor-faktor fisiologis lain yang dapat pula mengakibatkan jantung gagal sebagai pompa.
                                    Factor-faktor yang mengganggu pengisian fentrikel seperti stenosis katub antrioventrikuloaris dapat menyebabkan gagal jantung.keadaan –keadaan seperti perikarditis kontriktif dan temp[onade jantung mengakibatkan gagal jantung melalui beberapa efek seperti gangguan pada pengisian ventrikel dan ejeksi ventrikel. dengan demikian, jelas sekali bahwa tidak ada satupun mekanisme fisiologis atau gabungan berbagai mekanisme yang bertanggung jawab atas terjadinya gagal jantung. efektifitas jantung sebagai pompa dapat dipengaruhi oleh berbagai gangguan patofisiologis. factor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa :1.aritmia, 2 infeksi sistemik dan infeksi paru-paru 3.emboli paru-paru.
                                    Aritmia akan mengganggu fungsi mekanis jantung dengan mengubah rangsangan listrik yang memulai respon mekanis . respon mekanis yang tersinkronisasi dan efektif tidak akan dihasilkan tanpa adanya ritme jantung yang stabil karena :
·         respons tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap metabolisme yang meningkat.
·         emboli paru secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kanan, sehingga memicu terjadinya gagal jantung kanan.
                                  Dari data Framigham menunjukkan bahwa hiprtensi dengan atau tanpa penyakit iskemik merupakan penyebab gagal jantung yang terbanyak. Sebaliknya, penyakit jantung iskemik merupakan penyebab gagal jantung yang terbanyak di Eropa. Perbedaan ini munhkin akibat adaanya perbedaan difinisi, bukan karena perbedaan yang sesungguhnya  di dalam populasi. Studi lain di Inggris juga membuktikan pentingnya penyakit arteri koroner sebagai penyebab gagal jantung. Sejumlah 41% klien yang dirawat karena gagal jantung menderita penyakit jantung iskemik, 26 % di antaranya baru saja menderita infark miokardium , 49% dengn infark miokardium yang telah lama diderita, dan 24% angina. Hipertensi dan kardioamiopati dilatasi masing-masing hanya menjadi penyebab pada 6% dan 1% klien.
                        Infark miokardium akut sering menjadi pencetus terjadinya gagal jantung. Studi Framingham menunjukkan bahwa 9% dari klien yang bertahan hidup 3 tahun setelah infark akan mengalami gagal jantung. Dari seluruh klien yang bertahan hidup 10 tahun setelah infark, hapir 25% akan mengalami gagal jantung. Namun, data ini dapat sebelum penggunaan trombolisis. Berkat keberhasilan terapi trombolisis dalam memepertahankan fungsi ventrikel kiri, lebih sedikit klien yang mungkin akan mengalami gagal jantung setelah serangan infark.

C.    PATOFISIOLOGIS
                                  Bila cadangan jantung untuk berespon terhadap stress tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan metrabolik tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa, akibatnya terjadilah gagal jantung. juga pada tingkat awal, disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan. jika cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan, respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung adalah penting. semua respon ini menunjukan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital normal
          sebagai respon terhadap gagal jantung ada 3 mekanisme respons primer:
1.meningkatnya aktfitas adrenergic simpatis
          2.menigkatnya beban awal akibat aktifasi neorohormone.
          3.hipertrofi ventrikel .

                        Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung . mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hamper normal pada gagal jantung dini dan pada keadaan istirahat akan tetapi, kelainan pada kerja ventrikel dan menurunya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktifitas. dengan berlanjtnya gagal jantung, maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif.
            Gagal jantung kongestif ( congestive heart failure, CHF) terjadi bila jantung tidak dapat memompa darah kembali ke sisi kanan jantung atau memberikan sirkulasi sistemik yang adekuat umtuk memenuhi kebutuhan organ-organ dan jaringan dalam tubuh. Komponen CHF yang mencangkup volume preload dan volume sirkulasi, afterload, dan kontraktilitas.
            CHF terjadi karena interaksi kompleks antara faktor-faktor yang memengaruhi kontraktilitas, after load, preload, atau fungsi lusitropik (fungsi relaksasi) jantung, dan respons neurohormonal dan hemodinamik yang diperlukan untuk menciptakan kompensasi sirkulasi. Meskipun konsekuensi hemodinamik gagal jantung berespons terhadap intervensi farmakologis standar, terdapat interaksi neurohormonal kritis yang efek gabungannya memperberat dan memperlama sindrom yang ada.
            Sistem renin angiotensin aldosteron (RAA): Selain untuk meningkatkan tahanan perifer dan volume darah sirkulasi, angiotensin dan aldosteron berimplikasi pada perubahan struktural miokardium yang terlihat pada cedera iskemik dan kardiomiopati hipertropik hipertensif. Perubahan ini meliputi remodeling miokard dan kematian sarkomer, kehilangan matriks kolagen normal, dan fibrosis interstisial. Terjadinya miosit dan sarkomer yang tidak dapat mentransmisikan kekuatannya, dilatasi jantung, dan pembentukan jaringan parut dengan kehilangan komplians miokard normal turut memberikan gambaran hemodinamik dan simtomatik pada CHF.

            Sistem saraf simpatis (SNS): Epinefrin dan norepinefrin menyebabkan peningkatan            tahanan perifer dengan peningkatan kerja jantung, takikardia, peningkatan konsumsi oksigen oleh miokardium, dan peningkatan risiko aritmia. Katekolamin juga turut menyebabkan remodeling ventrikel melalui toksisitas langsung terhadap miosit, induksi apoptosis miosit, dan peningkatan respons autoimun.

            Vasodilator endogen, seperti endotelin dan oksida nitrat, peptida jantung, dan peptida natriuretik: Perannya dalam CHF sedang diselidiki dan intervensinya sedang diuji.

- Sitokin imun dan inflamasi: Faktor nekrosis tumor alfa (TNFa) dan interleukin 6 (IL-6) menyebabkan remodeling ventrikel dengan apoptosis miosit, dilatasi ventrikel, dan penurunan kontraktilitas. Lebih lanjut, mereka juga berperan dalam efek sistemik seperti penurunan berat badan dan kelemahan yang terlihat pada CHF brat (kakheksia jantung).
       • Kejadian etiologi awal memengaruhi respons awal miokardium, tetapi seiring dengan perkembangan sindrom, mekanisme umum mulai muncul sehingga pasien CHF lanjut memperlihatkan gejala dan respons yang sama terhadap intervensi farmakologis yang sama apapun penyebab awal CHF-nya.
       • Meskipun banyak pasien mengalami disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik, kategori ini sebaiknya dianggap sebagai hal yang berbeda untuk dapat memahami efeknya terhadap homeostasis sirkulasi dan responsnya terhadap berbagai intervensi.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmwt9f6eympa9r3r2zpp7jT1-VDOV55K8D431b3PIAvX5kGeWsdFNnrLcMeEJe8iLNwDAvY8ZFgfFZESbX6f6pqJ8BqL6Nk_IUqjf38jqEUHgnLVJ8WrymgnxDlMHhxH7v57K-_yyd46Zo/s1600/HeartFunctionFailure2.gif

       Disfungsi ventrikel kiri sistolik
       1) Penurunan curah jantung akibat penurunan kontraktilitas, peningkatan afterload, atau peningkatan preload yang mengakibatkan penurunan fraksi ejeksi dan peningkatan volume akhir diastolik ventrikel kiri (LVEDV). Ini meningkatkan tekanan akhir diastolik pada ventrikel kiri (I-VEDP) dan menyebabkan kongesti vena pulmonal dan edema paru.

       2) Penurunan kontraktilitas (inotropi) terjadi akibat fungsi miokard yang tidak adekuat atau tidak terkoordinasi schingga ventrikel kiri tidak dapat melakukan ejeksi lebih dari 60% dari volume akhir diastoliknya (LVEDV). lni menyebabkan peningkatan bertahap LVEDV (juga dinamakan preload) mengakibatkan peningkatan LVEDP dan kongesti vena pulmonalis. Penyebab penurunan kontraktilitas yang tersering adalah penyakit jantung iskemik, yang tidak hanya mengakibatkan nekrosis jaringan miokard sesungguhnya, tetapi juga menyebabkan remodeling ventrikel iskemik. Remodeling iskemik adalah sebuah proses yang sebagian dimediasi oleh angiotensin II (ANG II) yang menyebabkan jaringan parut dan disfungsi sarkomer di jantung sekitar daerah cedera iskemik. Aritmia jantung dan kardiomiopati primer seperti yang disebabkan olch alkohol, infeksi, hemakromatosis, hipertiroidisme, toksisitas obat dan amiloidosis juga menyebabkan penurunan kontraktilitas. Penurunan curah jantung mengakibatkan kekurangan perfusi pada sirkulasi sistemik dan aktivasi sistem saraf simpatis dan sistem RAA, menyebabkan peningkatan tahanan perifer dan peningkatan afterload.

3) Peningkatan afterload berarti terdapat peningkatan tahanan terhadap ejeksi LV. Biasanya disebabkan oleh peningkatan tahanan vaskular perifer yang umum terlihat pada hipertensi. Bisa juga diakibatkan oleh stenosis katup aorta. Ventrikel kiri berespon terhadap peningkatan beban kerja ini dengan hipertrofi miokard, suatu respons yang meningkatkan massa otot ventrikel kiri tetapi pada saat yang sama meningkatkan kebutuhan perfusi koroner pada ventrikel kiri. Suatu keadaan kelaparan energi tercipta sehingga berpadu dengan ANG II dan respons neuroendokrin lain, menyebabkan perubahan buruk dalam miosit seperti semakin sedikitnya mitokondria untuk produksi energi, perubahan ekspresi gen dengan produksi protein kontraktil yang abnormal (aktin, miosin, dan tropomiosin), fibrosis interstisial, dan penurunan daya tahan hidup miosit. Dengan berjalannya waktu, kontraktilitas mulai menurun dengan penurunan curah jantung dan fraksi ejeksi, peningkatan LVEDV, dan kongesti paru.

       4) Peningkatan preload berarti peningkatan LVEDV, yang dapat disebabkan langsung oleh kelebihan volume intravaskular sama seperti yang terlihat pada infus cairan intra vena atau gagal ginjal. Selain itu, penurunan fraksi ejeksi yang disebabkan oleh perubahan kontraktilitas atau afterload menyebabkan peningkatan LVEDV sehingga meningkatkan preload. Pada saat LVEDV meningkat, ia akan meregangkan jantung, menjadikansarkomer berada pada posisi mekanis yang tidak menguntungkan sehingga terjadi penurunan kontraktilitas. Penurunan kontraktilitas ini, yang menyebabkan penurunan fraksi ejeksi, menyebabkan peningkatan LVEDV yang lebih lanjut, sehingga menciptakan lingkaran setan perburukan gagal jantung.

       5) Jadi, pasien dapat memasuki lingkaran penurunan kontraktilitas, peningkatanafterload, dan peningkatan preload akibat berbagai macam alasan (mis., infark miokard [MI], hipertensi, kelebihan cairan) dan kemudian akhimya mengalami semua keadaan hemodinamik dan neuro-hormonal CHF sebagai sebuah mekanisme yang menuju mekanisme lainnya.
Infark miokard


 


     Penurunan Kontraktilitas













 



Kekurangan perfusi                                                                          Penurunan ejeksi
jaringan dengan                                                                                dengan peningkatan
aktivasi RAA dan                                                                               LVEDV
saraf simpatis


 



peningkatan AFTERLOAD                                                            Peningkatan PRELOAD







 



Hipertensi                                                                                        Kelebihan beban cairan